Header Ads Widget

KPK

6/recent/ticker-posts

PETANI : Penyangga Tatanan Negara Indonesia Perut Tidak Bisa Menunggu

 




Jembrana, KPK - Dalam  sikon  yang  belum  normal  kehidupan  sosial dan ekonomi akibat  pandemi covid 19 , apalagi  berbagai  varian  virus covid  masih  menghantui dunia , ada hal penting  yang  tidak bisa dihindarkan  adalah  manusia  yang  masih  ingin  hidup  perlu makan.  Demikian  awal diskusi  Baja  Tani Bali  Kabupaten  Buleleng dan Kabupaten Jembrana , Sabtu  30 Oktober  2021 dalam suasana Negara  Indonesia memperingati  93 Tahun  Sumpah  Pemuda , di sebuah  gubuk di areal  perkebunan  di wilayah  Desa  Pekutatan , Kecamatan Pekutatan , Kabupaten Jembrana , Propinsi Bali. 


Ketua Baja Tani Bali  Kabupaten Jembrana , Wayan  Ariana yang  saat  ini sedang

 membudidayakan 1.300  pepaya  jenis  California pada areal  seluas  1 Hektar , selaku tuan rumah,  memaparkan rencana dan harapan dengan  menanam Pepaya California demi  adanya ketahanan pangan dan bisa mendapat  penghasilan ekonomi  bahwa: " Dalam  sikon  ekonomi  masih  susah  akibat  dampak sosial  ekonomi  pandemi covid 19 , kita harus tetap  memiliki  semangat , mental pejuang , teruskan semangat para Pahlawan. 

 Pertarungan kita  saat  ini adalah  menyiapkan serta mewujudkan  ketahanan pangan. Ini benteng  terakhir kita , jika di Bali  terjadi  krisis pangan , banyak rakyat kelaparan , apa kata  dunia ?

Memang  kita patut  bersyukur  bahwa  Pemerintah Indonesia  sejak  14 Oktober  2021 sudah  membuka Bali  bagi  beberapa  Negara  melalui  pintu  masuk Bandara Internasional  I Gusti Ngurah Rai. Namun  tentu akan  memakan  waktu cukup panjang bagi  Bali  bisa kembali  pada masa kejayaan  pariwisata Internasional " , ujar  Wayan Ariana.


Beliau menambahkan pula  : " kita di Bali  patut  bersyukur  , para leluhur  kita  sudah mewarisi  2 hal yang  tidak  boleh  hilang yakni  Konsep , ajaran  Tri Hita Karana ( red : Kesimbangan hubungan antara  manusia dengan  Tuhan , antara  sesama  manusia serta  manusia dengan  lingkungan ) , dan sistem  Pertanian Subak. 

Jika 2 hal ini  dilupakan  bahkan satu saat lenyap , maka  kesengsaraan  pasti  terjadi di  Bali,  " ujar  Wayan Ariana  dengan  raut  muka  menujukkan rasa keprihatinan. 


Sementara  itu  Ayu Agustina yang  hadir di lokasi  bersama  Tim Baja Tani Kabupaten Jembrana Drs Anak Agung  Suyasha  serta Ida Bagus  Raitama , S. Sos , menyampaikan bahwa  : " sudah  saatnya  Bali  fokus membangun  pertanian berlandaskan  konsep  Tri Hita Karana , serta kebijakan  atau regulasi yang menjadi  kewenagan Pemerintah Pusat maupun  Daerah bisa berpihak  bagi kesejahteraan Petani  dan pertanian  yang  berkesinambungan tanpa  merusak nilai - nilai  , kearifan lokal  yang  merupakan warisan dari   para leluhur Bali , " ujar  Ayu Agustina yang  juga  Ketua  IKAPPI ( Ikatan Asosiasi  Pedagang Pasar Indonesia  ) Kabupaten Jembrana.


Ketua Baja  Tani Bali Kabupaten Buleleng  Ketut Sopandana , S.P  , menuturkan 2 hal penting tentang  membangun pertanian khususnya di Bali.

" Stomach does not  wait " kata Bung Karno , Bapak  Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia , Presiden Pertama Republik Indonesia  yang  artinya  perut  tidak bisa  menunggu makanan. Bung Karno  yang  terkenal  sebagai  Orator ( red : Ahli Pidato  ) kelas  dunia banyak  menyampaikan  semboyan. Dalam  kontek  Pertanian beliau menyebutkan kepanjangan kata Petani yakni : Penyangga  Tatanan Negara Indonesia , " ujar  Ketut Sopandana. 


Ia menambahkan  untuk  point  penting  kedua , bahwa : " Luas  wilayah  kabupaten Buleleng dan Jembrana hampir  sepertiga  luas wilayah Propinsi Bali. 2 Kabupaten ini memiliki lahan pertanian , perkebunan  cukup luas dan memang  masyarakatnya  mayoritas hidup  sebagai Petani. 

Dalam  sikon  pandemi covid  saat  ini yang  masih  membuat  rakyat susah , ika tidak  digenjot  membangun  ketahanan pangan dengan  membangun pertanian yang  terencana , berkesinambungan , berorientasi pada  kebutuhan pasar  lokal , nasional dan global dengan berlandaskan  nilai - nilai  luhur Pancasila ,   waspadalah  jika tidak  tertutup  kesengsaraan akan  menimpa Bali , " ujar Ketut Sopandana.


Ida  Bagus  Ketut Raitama menambahkan bahwa  : " Kehadiran  Baja Tani Bali dengan  niatan  untuk  memberdayakan Petani , membangun pertanian organik bisa sebagai salah satu peluang bisnis bersama atau  istilah  keren " Koalisi " ,  contoh sederhana : Peternak  Kambing dan Petani Kopi dan  Penjual pupuk organik .

Kotoran kambing yang  diolah atau  fermentasi menjadi  kohe kambing memiliki nilai  jual  , kohe yang  bagus didapat  dari  proses  sistem pencernaan kambing yang pakannya  dari  daun  Lamtoro.  Pohon  Lamtoro banyak  ditanam  Petani kopi  sebagai  pohon perindang  dan bagus jika  dipupuk  juga  dengan kohe Kambing , " ujar  Bagus Raitama  yang  sangat getol  mensosialisasikan penggunaan  pupuk organik. 


Ia  sangat  berharap : " Kedepannya Baja Tani Bali  bisa  menjadi  " rumah  bersama " dengan  semangat  persaudaraan  saling  asah , asih dan asuh para Petani di Bali ," kata  Bagus  Raitama.


" Menyangkut  pembangunan pertanian tidak  bisa berdiri  sendiri , " ujar  Anak Agung  Ngurah Suyasha.


Ia menyampaikan pendapatannya  : " Kehutanan dan  lingkungan  hidup  harus  diperhatikan. Lahan pertanian  yang  cantik karena  tanaman yang  sudah  berbuah lebat  , misal  tomat , cabe  termasuk  pepaya hancur  porak - poranda  dalam  sekejap  ketika banjir  bandang  datang  tanpa  diundang. Sudah  sering terjadi  lahan pertanian  , rumah penduduk , fasilitas  publik  hancur  akibat  banjir  yang  salah satu sebab selain  hujan yang lebat  dalam  jangka waktu  panjang , adalah  terganggunya  fungsi hutan  serta  kerusakan lingkungan , " turur  Anak Agung Ngurah Suyasha yang juga Direktur Jimbar Bali Pertiwi.


Ia menambahkan ada semboyan : "Hutan tanpa Manusia akan  lestari sedangkan manusia tanpa hutan akan mati " , maka , kami  sebagai  bagian dari  Baja Tani Bali akan  berjuang bersama agar kedepan  Baja Tani Bali bisa mendapat  kepercayaan baik  dari  Pemerintah Pusat , Pemerintah Propinsi Bali  serta Pemkab / Pemkot se -Bali serta  para investor dengan  pola  kemitraan sehinga visi dan misi   Gubernur Bali  DR  Wayan Koster,  MM , Bali  Menuju Era Baru , Nangun Sat Kerthi Loka Bali , yang  sudah  menjadi dokumen resmi dan sah bisa terlaksana di wilayah Propinsi Bali serta  bisa mensejahterakan rakyat  Bali.  Tentunya hutan , lingkungan hidup  terjaga dan  lestari , yang  tentunya sangat  membantu dalam upaya  Bali  memiliki  ketangguhan dalam  bidang  pangan , "  tutur Agung Suyasha. (Cahaya)